NUSAKAMBANGAN – Kegiatan kemandirian sablon pada Lapas Kelas IIA Permisan Nusakambangan menggunakan dua teknik pengerjaan yaitu secara manual dan menggunakan mesin DTF. Dua teknik tersebut dijalankan beriringan tergantung pesanan dan kerumitan desain teknik pengerjaan.
Saat ini Lapas Permisan terus melakukan pembinaan dan pelatihan sablon secara manual. Ditengah gempuran teknologi yang begitu pesat, sablon manual masih menjadi salah satu pelatihan kemandirian yang digemari. Selain proses yang tidak memerlukan bahan pendukung yang terlalu banyak dan murah, sablon manual juga mampu menghasilkan gambar yang realistis.
Narapidana bernama Teguh salah satunya. Ia telah mengikuti kegiatan sablon sejak 3 tahun lalu saat awal mula dia dipindahkan dari luar Nusakambangan. Menurutnya sablon manual mempunyai kesan tersendiri oleh pembuatnya, meskipun kelemahannya akan lama pengerjaannya apabila desain tidak digunakan untuk kaos yang banyak. Tetapi untuk proses pembuatan baju pesanan banyak dengan satu desain ini cukup cepat pengerjaannya.
“Sablon manual bagi saya sangat berkesan karena proses pengerjaannya harus runtut satu demi satu, mulai dari pembuatan film hingga penggesutan dan pengeringan, memang akan lama bila banyak desain yang harus dikerjakan tetapi ini cukup hemat bahan, ” Ungkapnya.
Baca juga:
ALADIN, solusi mudah Klien untuk wajib lapor
|
Kaslam Priyanto Kasubsi Bimker Lohasker sebagai pengawas kegiatan ini mengatakan bahwa kedua teknik pengerjaan sablon akan kami pertahankan dan teruskan, sehingga tidak serta merta berpokok pada hasil namun juga proses sehingga narapidana yang bekerja mengerti akan arti sebuah kesabaran dan keuletan.